Kuliah dijurusan teknik arsitektur bukanlah keinginanku sejak lama, apalagi di sebuah Universitas Islam Negeri, “UIN Maulana Malik Ibrahim Malang”. Memang, dulu semasa kecil aku ingin sekali menjadi seorang arsitek karena paling suka bermain rumah-rumahan dan melihat berbagai buku penuh warna milik tante. Tapi apalah daya seiring dengan bertambahnya usia aku tersadar kalau menjadi seorang arsitek itu amatlah sulit, sekolahnya mahal belum lagi semua peralatannya. Aku hanya bisa mengubur keinginan masa kecilku itu.
Hari
berganti hari aku begitu menyukai berbagai hal yang menyenangkan, tentang
keindahan, seni dan tentunya science, meski hal tersebut amat bertolak belakang
namun anehnya aku begitu menggemarinya. Berbagai lomba aku ikuti dari tingkat
kecamatan sampai provinsi. Dari TK hingga SMA aku begitu gemar berkompetisi.
Dari dua hal yang amat berbeda tadi aku mempunyai banyak mimpi dari seorang seniman
lukis hingga astronot karena aku begitu tertarik dengan dunia astronomi, hehe.
Semakin
bertambahnya usia semakin sering aku memikirkan banyak hal dalam menentukan
sebuah keputusan dalam hidupku, terutama hal yang menyangkut masa depanku.
Kalau soal pendidikan dari dahulu tidak pernah kuduga apa yang terjadi
dihidupku. Semua hal yang telah direncanakan tidak pernah ada yang terwujud,
semuanya meleset. Entah itu karena keterbatasan biaya ataupun karena perubahan
rencana dadakan. Dari TK-SD-MI-SMP-MA-Perguuruan tinggi, semua tidak terduga
tapi satu hal yang selalu aku yakini inilah pilihan terbaik yang telah Allah
SWT berikan aku selalu bersyukur, dan aku selalu merasakan bahwa ini
benar-benar pilihan yang terbaik buatku.
Kalau
disuruh cerita sekolah, pasti nggak akan ada ujungnya. Singkat saja setiap
merencanakan sesuatu tidak ada yang tersampaikan, biasanya anak kecil lulus TK belum mempunyai keinginan untuk
melanjutkan ke SD apa dan dimana. Tapi setelah lulus dari TK Tutwuri Hadayani
Bandar Lampung, aku berkeinginan untuk dapat sekolah di MIN atau setidaknya SD
islam, namun apalah daya sekolah berbasis agama jauh berada di kota, aku hanya
dapat melanjutkan sekolah di SDN Gunung Terang 1 dikompleks perumahan dekat
rumah. Aku tidak pernah menyangka dan menduga kalau nantinya akan pindah ke
Pulau Jawa, Lampung telah menjadi sejarah masa kecilku yang begitu menyenangkan
dan membawa sejuta kenangan bersama teman-teman semasa kecil yang kini entah
dimana.
Road
to pulau Jawa alias pindah rumah atau sering disebuat juaga dengan boyongan.
Aku tidak ingat persis gimana orangtuaku membujukku hingga aku dengan mudah
meninggalkan teman-temanku dulu tepat setelah liburan caturwulan 1 kelas 1
SD, seingatku aku hanya diajak liburan
ke Jawa, aku tidak menyangka kalau hari itu adalah hari perpisahanku dengan
teman-temanku, aku hanya diajak liburan lama dan sempat juga diajak berpamitan
dengan guru-guru di SD.
Lama-kelamaan
aku tahu kalau aku tidak akan kembali ke Lampung hingga kini 12 tahun berlalu.
Sebagai anak kecil aku hanya nurut sekolah dimana, yang jelas dulu aku anti
sekolah di MI swasta dekat rumah dan akhirnya aku disekolahkan di MIN
Tanjungtani, MI Negeri yang lumayan maju meski agak sedikit jauh dari rumah.
Lulus
dari MIN pasti langsung memilih MTS awalnya begitu rencananya, bahkan formulir
pendaftaran MTS sudah aku setorkan, tapi tak diduga tak disangka ada seseorang
teman ayah yang membujukku sekolah di SMP. Yup, SMPN 1 Prambon menjadi
pelabuhanku. Layaknya, lulus SMP pasti milih sekolah di SMA, dan ternyata dugaanku
meleset aku terlebih dahulu diterima di MAN 3 Kediri, saat semua teman-temanku
sibuk daftar SMA favorit, aku tetap santai karena sudah mendapat sekolah
dahulu.
Sejak
lulus SMP aku amat berambisi dengan yang namanya kuliah dijurusan Astronomi,
yup tentunya satu-satunya di Indonesia adalah Astronomi ITB. Hobiku dalam
menggambar juga mengantarku menjadi seorang designer, baik itu pelukis ataupun
design grafis. Semua ini membuatku galau dan tak pasti, banyak pertimbangan
yang aku pilih dari passing grade, biaya, restu orang tua, pergaulan, peluang
dsb. Semuanya bercampur aduk hingga aku putuskan untuk mengambil Teknologi
Pangan UGM, entah apa yang aku pikirkan tapi air mata ini tak bisa menolak
keinginan orang tua, aku tidak boleh kuliah jauh-jauh, batas paling barat
adalah Yogya dan paling timur adalah Jember.
Aku
tidak akan bercerita panjang lebar mengenai perjalananku mencari Kuliah,
singkat cerita aku diterima di 3 Perguruan Tinggi, UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Brawijaya Kediri jurusan TIP
(Teknologi Industri pertanian) dan satu Universitas swasta di kota Malang yaitu
Universitas Tribuana Tungga Dewi jurusan TIP. Dan tentunya semua dengan
beasiswa penuh alias Bidikmisi. Dan pilihanpun jatuh kepada UIN Maliki Malang,
Universitas Islam yang katanya pak mentri agama nomer wahid se Indonesia.
Kuliah jurusan
Arsitektur sama sekali tak kuduga dan tak kusangka, karena aku tahu berbagai
resiko dari biaya yang mahal, tapi toh aku tidak membayar sepeserpun. Dari yang
lembur hingga 3 hari 3 malam gak tidur, tapi toh aku gak pernah gak tidur pasti
tidur malam entah satu jam pun aku selalu menyempatkan diri untuk tidur. Yang
katanya tugasnya berat dan membuat anak manusia pusing tujuh keliling, tapi toh
aku mengalir saja dan begitu enjoy dengannya. Yang katanya osjurnya paling lama
dan paling menyeramkan sekampus ini, tapi toh aku dapat melaluinya tanpa absen
satupun.
Sekarang apa
toh yang gak mungkin harus kuliah di Jurusan Teknik Arsitektur di Universitas
Islam Negeri, yang harus melewati tahun pertama di Ma’had yang katanya keluar
kamar masuk kampus, jadwal padet dari Subuh harus dipaksa melek dan mengikuti
Shobahul Lughoh – Ta’lim Afkar kuliah dari pagi belum lagi jam 2 siang harus
mengikuti perkuliahan Bahasa Arab alias PPBA hingga jam 8 malam, terus kapan
ngerjain tugasnya? Ya kapn lagi kalau gak jam.9 keatas, yah itu keseharianku
paling engga tidur jam 2 malam, kadang jam 3, dan harus keteteran jamaah
shubuh, dam Shobahul Lughoh dengan mata berair. Sebegitu padetnya toh juga
masih bisa hidup sebagai Mahasiswi jurusan Teknik Arsitektur UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang sambil nyantri di MSAA (Ma’had Sunan Ampel Al-Ali).
Aku begitu
menikmati hari-hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan ini, harus pintar
membagi waktu, membagi otak antara kanan dan kiri, antara science dan seni,
antara kuliah reguler, PPBA dan Ma’had. Semua niatkan mencari Ridho Allah SWT
semata. Asalkan mau dapet nilai A dapat dengan mudah, tapi dapet barokah itu
yang sulit. Selama semester awal aku begitu meremehkan Ma’had dan PPBA tapi semuanya
tetap dapat A. Gak usah susah-susah belajar, bahkan sering absen toh dengan
mudah dapat mengerjakan soal-soal ujian, tapi ada catatan abu-abu bersyarat
entah alasan apa, mungkin karena aku terlalu meremehkannya. Bukan pandai atau
tidak tapi yang benar-benar mendapat barokah ialah mereka yang tetap mau
berusaha dengan sungguh-sungguh atau tidak.
Kini mindset
akan kuubah, bahwa semua adalah hal penting dan pasti akan berguna. Aku
hanyalah manusia biasa yang juga tidak selalu benar dan tentunya pasti membuat
kesalahan. Kini di semester kedepannya jangan sampai meremehkan apapun, sekecil
apa dan semudah apa. Karena apa yang dilakukan dimasa kini adalah bibit yang
ditanam yang akan berbuah diesok hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar