Sabtu, 01 Maret 2014

Un-Predictable


               Kuliah dijurusan teknik arsitektur bukanlah keinginanku sejak lama, apalagi di sebuah Universitas Islam Negeri, “UIN Maulana Malik Ibrahim Malang”. Memang, dulu semasa kecil aku ingin sekali menjadi seorang arsitek karena paling suka bermain rumah-rumahan dan melihat berbagai buku penuh warna milik tante. Tapi apalah daya seiring dengan bertambahnya usia aku tersadar kalau menjadi seorang arsitek itu amatlah sulit, sekolahnya mahal belum lagi semua peralatannya. Aku hanya bisa mengubur keinginan masa kecilku itu.


               Hari berganti hari aku begitu menyukai berbagai hal yang menyenangkan, tentang keindahan, seni dan tentunya science, meski hal tersebut amat bertolak belakang namun anehnya aku begitu menggemarinya. Berbagai lomba aku ikuti dari tingkat kecamatan sampai provinsi. Dari TK hingga SMA aku begitu gemar berkompetisi. Dari dua hal yang amat berbeda tadi aku mempunyai banyak mimpi dari seorang seniman lukis hingga astronot karena aku begitu tertarik dengan dunia astronomi, hehe.
               Semakin bertambahnya usia semakin sering aku memikirkan banyak hal dalam menentukan sebuah keputusan dalam hidupku, terutama hal yang menyangkut masa depanku. Kalau soal pendidikan dari dahulu tidak pernah kuduga apa yang terjadi dihidupku. Semua hal yang telah direncanakan tidak pernah ada yang terwujud, semuanya meleset. Entah itu karena keterbatasan biaya ataupun karena perubahan rencana dadakan. Dari TK-SD-MI-SMP-MA-Perguuruan tinggi, semua tidak terduga tapi satu hal yang selalu aku yakini inilah pilihan terbaik yang telah Allah SWT berikan aku selalu bersyukur, dan aku selalu merasakan bahwa ini benar-benar pilihan yang terbaik buatku.
               Kalau disuruh cerita sekolah, pasti nggak akan ada ujungnya. Singkat saja setiap merencanakan sesuatu tidak ada yang tersampaikan, biasanya anak kecil  lulus TK belum mempunyai keinginan untuk melanjutkan ke SD apa dan dimana. Tapi setelah lulus dari TK Tutwuri Hadayani Bandar Lampung, aku berkeinginan untuk dapat sekolah di MIN atau setidaknya SD islam, namun apalah daya sekolah berbasis agama jauh berada di kota, aku hanya dapat melanjutkan sekolah di SDN Gunung Terang 1 dikompleks perumahan dekat rumah. Aku tidak pernah menyangka dan menduga kalau nantinya akan pindah ke Pulau Jawa, Lampung telah menjadi sejarah masa kecilku yang begitu menyenangkan dan membawa sejuta kenangan bersama teman-teman semasa kecil yang kini entah dimana.
               Road to pulau Jawa alias pindah rumah atau sering disebuat juaga dengan boyongan. Aku tidak ingat persis gimana orangtuaku membujukku hingga aku dengan mudah meninggalkan teman-temanku dulu tepat setelah liburan caturwulan 1 kelas 1 SD,  seingatku aku hanya diajak liburan ke Jawa, aku tidak menyangka kalau hari itu adalah hari perpisahanku dengan teman-temanku, aku hanya diajak liburan lama dan sempat juga diajak berpamitan dengan guru-guru di SD.
               Lama-kelamaan aku tahu kalau aku tidak akan kembali ke Lampung hingga kini 12 tahun berlalu. Sebagai anak kecil aku hanya nurut sekolah dimana, yang jelas dulu aku anti sekolah di MI swasta dekat rumah dan akhirnya aku disekolahkan di MIN Tanjungtani, MI Negeri yang lumayan maju meski agak sedikit jauh dari rumah.
               Lulus dari MIN pasti langsung memilih MTS awalnya begitu rencananya, bahkan formulir pendaftaran MTS sudah aku setorkan, tapi tak diduga tak disangka ada seseorang teman ayah yang membujukku sekolah di SMP. Yup, SMPN 1 Prambon menjadi pelabuhanku. Layaknya, lulus SMP pasti milih sekolah di SMA, dan ternyata dugaanku meleset aku terlebih dahulu diterima di MAN 3 Kediri, saat semua teman-temanku sibuk daftar SMA favorit, aku tetap santai karena sudah mendapat sekolah dahulu.
               Sejak lulus SMP aku amat berambisi dengan yang namanya kuliah dijurusan Astronomi, yup tentunya satu-satunya di Indonesia adalah Astronomi ITB. Hobiku dalam menggambar juga mengantarku menjadi seorang designer, baik itu pelukis ataupun design grafis. Semua ini membuatku galau dan tak pasti, banyak pertimbangan yang aku pilih dari passing grade, biaya, restu orang tua, pergaulan, peluang dsb. Semuanya bercampur aduk hingga aku putuskan untuk mengambil Teknologi Pangan UGM, entah apa yang aku pikirkan tapi air mata ini tak bisa menolak keinginan orang tua, aku tidak boleh kuliah jauh-jauh, batas paling barat adalah Yogya dan paling timur adalah Jember.
               Aku tidak akan bercerita panjang lebar mengenai perjalananku mencari Kuliah, singkat cerita aku diterima di 3 Perguruan Tinggi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Brawijaya Kediri jurusan TIP (Teknologi Industri pertanian) dan satu Universitas swasta di kota Malang yaitu Universitas Tribuana Tungga Dewi jurusan TIP. Dan tentunya semua dengan beasiswa penuh alias Bidikmisi. Dan pilihanpun jatuh kepada UIN Maliki Malang, Universitas Islam yang katanya pak mentri agama nomer wahid se Indonesia.
Kuliah jurusan Arsitektur sama sekali tak kuduga dan tak kusangka, karena aku tahu berbagai resiko dari biaya yang mahal, tapi toh aku tidak membayar sepeserpun. Dari yang lembur hingga 3 hari 3 malam gak tidur, tapi toh aku gak pernah gak tidur pasti tidur malam entah satu jam pun aku selalu menyempatkan diri untuk tidur. Yang katanya tugasnya berat dan membuat anak manusia pusing tujuh keliling, tapi toh aku mengalir saja dan begitu enjoy dengannya. Yang katanya osjurnya paling lama dan paling menyeramkan sekampus ini, tapi toh aku dapat melaluinya tanpa absen satupun.
Sekarang apa toh yang gak mungkin harus kuliah di Jurusan Teknik Arsitektur di Universitas Islam Negeri, yang harus melewati tahun pertama di Ma’had yang katanya keluar kamar masuk kampus, jadwal padet dari Subuh harus dipaksa melek dan mengikuti Shobahul Lughoh – Ta’lim Afkar kuliah dari pagi belum lagi jam 2 siang harus mengikuti perkuliahan Bahasa Arab alias PPBA hingga jam 8 malam, terus kapan ngerjain tugasnya? Ya kapn lagi kalau gak jam.9 keatas, yah itu keseharianku paling engga tidur jam 2 malam, kadang jam 3, dan harus keteteran jamaah shubuh, dam Shobahul Lughoh dengan mata berair. Sebegitu padetnya toh juga masih bisa hidup sebagai Mahasiswi jurusan Teknik Arsitektur UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sambil nyantri di MSAA (Ma’had Sunan Ampel Al-Ali).
Aku begitu menikmati hari-hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan ini, harus pintar membagi waktu, membagi otak antara kanan dan kiri, antara science dan seni, antara kuliah reguler, PPBA dan Ma’had. Semua niatkan mencari Ridho Allah SWT semata. Asalkan mau dapet nilai A dapat dengan mudah, tapi dapet barokah itu yang sulit. Selama semester awal aku begitu meremehkan Ma’had dan PPBA tapi semuanya tetap dapat A. Gak usah susah-susah belajar, bahkan sering absen toh dengan mudah dapat mengerjakan soal-soal ujian, tapi ada catatan abu-abu bersyarat entah alasan apa, mungkin karena aku terlalu meremehkannya. Bukan pandai atau tidak tapi yang benar-benar mendapat barokah ialah mereka yang tetap mau berusaha dengan sungguh-sungguh atau tidak.
Kini mindset akan kuubah, bahwa semua adalah hal penting dan pasti akan berguna. Aku hanyalah manusia biasa yang juga tidak selalu benar dan tentunya pasti membuat kesalahan. Kini di semester kedepannya jangan sampai meremehkan apapun, sekecil apa dan semudah apa. Karena apa yang dilakukan dimasa kini adalah bibit yang ditanam yang akan berbuah diesok hari.
              
              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar